Pembelajaran Sains
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dalam bahasa Inggris dikenal dengan intruction. Pembelajaran berasal dari kata belajar yaitu proses menjadikan manusia (makhluk hidup belajar) yang peran sentralnya berada pada siswa yaitu pada saat belajar. Pembelajaran merupakan istilah lain untuk proses belajar mengajar. Para tokoh aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai jalan atau cara guru memberikan kesempatan siswa untuk mengunakan seluruh kemampuan berpikirnya dalam memahami sesuatu yang dipelajari (dalam Sugandi, 2004:9).
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, dan melalui proses tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Suatu proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuannya, dikatakan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh terhadap pembelajaran tersebut dapat saling mendukung dan melengkapi (dalam Slameto, 2003:1-2). Guru dan siswa merupakan komponen terpenting dari proses pembelajaran setelah materi pembelajaran. Siswa merupakan pelaku utama dalam pembelajaran dan guru bertugas yang membelajarkan, dan keduanya harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal.
Pembelajaran Sains
Pembelajaran sains adalah pembelajaran yang erat kaitannya dengan kehidupan nyata dan pemberian pengalaman pada siswa dalam belajar (Amin dalam Nilawati, 2010:8). Kemudian Depdiknas (2003:3) berpendapat bahwa “Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, dengan tujuan agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.” Oleh karena itu pembelajaran sains yang diajarkan di sekolah harus membekali siswa tentang berbagai cara untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu dengan tujuan membantu siswa memahami alam secara mendalam. Selanjutnya Koes (2003:3) berpendapat bahwa “Pembelajaran sains pada intinya melibatkan siswa untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan obyek nyata.” Begitu juga dengan pendapat Admin (dalam Nilawati, 2010:8) bahwa “Pembelajaran sains juga sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah pada siswa.”
Menurut Rohandi (dalam Nilawati ,2010:8) untuk menumbuhkan keaktifan siswa, guru dapat mengajak siswa melakukan berbagai kegiatan nyata dengan alam, di antaranya mengamati fenomena alam yang terjadi di sekeliling kita, contohnya tentang berbagai wujud, sifat dan perubahan benda. Berbagai kegiatan ini dapat dilakukan melalui percobaan di laboratorium, di kelas dengan berbagai alat bantu, bahkan dapat dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Sohmidt (dalam Nilawati, 2010:9) bahwa “Kegiatan seperti ini juga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah pada siswa, karena melalui kegiatan eksperimen atau percobaan menuntut siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir, bekerja dan sikap ilmiahnya.”
Hal-hal yang dapat dipelajari dalam pembelajaran sains salah satunya adalah siswa dapat belajar tentang bagaimana membiasakan diri untuk berpikir, karena adanya dorongan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan berbuat. Menurut Koes (2003:26) bahwa “Pembiasan diri untuk berpikir tersebut dapat membantu siswa mengetahui berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk menghadapi dan memecahkan suatu masalah.” Pembelajaran sains juga memiliki fungsi dan tujuan yang tercantum dalam kurikulum.
Depdiknas (2003:3-4) mengemukakan bahwa
“Tujuan dari pembelajaran sains di antaranya, menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan keterampilan proses dalam rangka menyelidiki alam, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Pembelajaran sains berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dalam memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi yang berkembang di masa sekarang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar