Cari Blog Ini

Kamis, 31 Maret 2011

Metode Inquiry

Metode Inquiry
Pengertian Metode Inquiry
            Metode inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa (Sanjaya, 2007:193).
            Inquiry sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuaannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002:85).
            Menurut Sagala (2004) dalam Komara (2009/05/20) Metode inquiry merupakan “metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah”. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Tahapan Metode Inquiry
            Menurut Hamalik (2007:221), inquiry menuntut guru sebagai fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Dalam pembelajaran yang didasari inquiry ada beberapa tahapan yang harus dilewati, untuk lebih jelasnya, tahapan-tahapan tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 4.2. Tahapan-tahapan dalam Metode Inquiry

Tahap
Aktivitas
I
Pada tahap ini guru membawa situasi masalah dan menentukan prosedur inquiry kepada siswa. Permasalahan yang diajukan kepada siswa adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan keheranan, hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman kreasi kepada siswa.
II
Pada tahap ini siswa mengumpulkan data informasi yang mereka lihat atau amati.
III
Pada tahap ini siswa melakukan eksperimen untuk mengeksploitasi dan menguji secara langsung, pada tahap ini guru berperan untuk mengendalikan siswa bila mengasumsikan suatu variabel yang telah disangkalnya padahal pada kenyataannya tidak. Peran guru lainnya pada tahap ini adalah memperluas informasi yang telah diperoleh. Selama verifikasi siswa boleh mengajukan pertanyaan tentang objek, ciri, kondisi dan peristiwa.
IV
Merupakan tahap dimana siswa mengorganisasi data hasil observasi dan merumuskan penjelasan.
V
Pada tahap ini siswa diminta menganalisis pola penemuan mereka.

Konsep Metode Inquiry
            Metode inquiry berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia, sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra-indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya (Sanjaya, 2007:193).
Ciri Metode Inquiry
            Pertama, inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi pembelajaran. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Ketiga, tujuan dari penggunaan metode inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2007:194).
Prinsip Metode Inquiry
a.         Berorientasi pada pengembangan intelektual, adalah kemampuan berpikir, selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b.        Prinsip interaksi, baik interaksi siswa antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan.
c.         Prinsip bertanya, adalah peran guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d.        Prinsip belajar untuk berpikir, adalah belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think) yaitu proses pengembangan otak, baik itu otak kiri, maupun otak kanan (Sanjaya, 2007:197).
Keunggulan Metode Inquiry
            Metode Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
a.         Metode Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.        Metode Inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.         Metode Inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.        Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar (Sanjaya, 2007:205).
Kelemahan Metode Inquiry
            Di samping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
a.         Jika Metode Inquiry di gunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b.        Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.         Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.        Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampu­an siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit di­implementasikan oleh setiap guru (Sanjaya, 2007:206).
 Penerapan Metode Inquiry Pada Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar
            Masih banyak temuan bahwa kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan. Aktivitas guru masih sangat besar dibandingkan dengan aktivitas siswa yang masih rendah kadarnya. Ketika proses belajar mengajar hendaknya terjalin hubungan yang sifatnya mendidik dan mengembangkan, guru tidak hanya menyampaikan materi akan tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa.
            Metode inquiry merupakan salah satu metode mengajar. Istilah metode penemuan/inquiry didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar  secara individual, manipulasi objek atau pengaturan/pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan yang dibuat.
            Inquiry adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran (sains) dan mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala (Koes, 2003:12).
            Pembelajaran Sains pada pelaksanaannya haruslah diupayakan dalam kondisi pembelajaran yang kondusif dalam arti pembelajaran itu harus bersifat aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan maka dari itu peranan dan fungsi dalam pembelajaran harus dapat memberikan warna dan bentuk terhadap proses pembelajaran dan dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif. Sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Sebagaimana dikemukakan oleh Usman (2003:31) bahwa “Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak”.

            Galton dan Harlen (dalam Yasbiati, 2005:27) mengemukakan :
Secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkai tujuan kurikuler pendidikan sains  dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar memahami konsep sains. Memiliki keterampilan ilmiah, dan religius. Keilmiahan dan tujuan pendidikan Sains sebagaimana dipaparkan di atas sudah tentu tidak serta merta dapat dicapai oleh materi pelajaran Sains. Melainkan dengan melibatkan siswa ke dalam kegiatan didalamnya.

            Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran, siswa dilatih melakukan kegiatan yang dilakukan para ilmuwan dalam memperoleh ilmu pengetahuan untuk menemukan konsep-konsep serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep jika belajar menemukan sendiri dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut sehingga terjadi suasana belajar yang menyenangkan, sebagaimana dikemukakan oleh Usman (2003:31) bahwa ”Pengajaran yang menggunakan banyak variabel tentu akan cepat membosankan; sebaiknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya”.
Dengan demikian banyak hal yang bisa siswa dapatkan melalui metode pengajaran inquiry yang akan menggiring siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih jauhnya dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar Sains. Hal ini dapat disimpulkan bahwa inquiry merupakan prosedur pengajaran yang menekankan kegiatan siswa secara mandiri untuk menemukan konsep-konsep keilmuan terutama pada mata pelajaran Sains yang membutuhkan penguasaan berfikir secara ilmiah, metode ini akan menggiring siswa lebih aktif melakukan penelitian di dalam maupun di luar kelas dengan bimbingan guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar